Rabu, 30 Oktober 2013

NUMPANG FOTO

                                                         L. DEWANTI FARAZ




                                                             L. DEWANTI FARAZ
                                                         


AYAH,L.DEWANTI FARAZ, BUNDA


Selasa, 29 Oktober 2013

KERIKIL-KERIKIL KEHIDUPAN



  Lima Prinsip hidup kunci Sukses Soeharto

1. Aja kagetan, aja gumunan dan aja dumeh
Pada masa kecil di bawah bimbingan ayah tirinya Atmopawiro, Soeharto mulai mengenal falsafah Jawa. Saat itu pula Soeharto mengenal ajaran tiga 'aja'. Aja kagetan, aja gumunan dan aja dumeh.
Artinya kira-kira jangan kagetan, jangan heran dan jangan mentang-mentang. Hal ini diresapi betul oleh Soeharto.
"Ini kelak jadi penegak diri saya dalam menghadapi soal-soal yang bisa mengguncangkan diri saya," kata Soeharto.
Inti ajaran ini bermaksud untuk menanamkan sikap sabar, tenang, dan tidak sombong. Bila orang ingin berhasil dalam kehidupan bermasyarakat, keyakinan pada diri sendiri harus dipupuk dan dibina. Jangan sombong saat sedang diamanahi jabatan tertentu.

2. Hormat kalawan gusti, guru, ratu lan wong atuwa karo

Prinsip hidup 'Hormat kalawan gusti, guru, ratu lan wong atuwa karo' selalu dipegang Soeharto sepanjang hidupnya. Artinya hormat pada tuhan, guru, pemerintah dan kedua orang tua.?
Ratu di sini dipakai sebagai lambang pemerintahan dan negara. Hal ini mengandung pengertian bahwa manusia di negaranya tidak mengabdi pada perorangan, melainkan pada nusa dan bangsa.
Sedangkan wong atuwa karo artinya tidak hanya kedua orangtua kandung. Pada mertua dan saudara tua pun harus berbakti.
"Sampai jadi presiden saya merasa tidak berubah dalam hal ini. Saya junjung tinggi ajaran ini dan saya percaya akan kebenarannya," kata Soeharto.

3. Sa-Sa-Sa

Sa-sa-sa atau 'tiga sa' ini juga merupakan salah satu falsafah hidup Soeharto. Sabar Atine, Saleh Pikolahe, Sareh Tumindake. Artinya kira-kira selalu sabar, selalu saleh dan taat beragama, dan selalu bersikap bijaksana.
Soeharto belajar agama sejak kecil. Ketika tinggal di Wiryantoro bersama pamannya yang bernama Prawirodiharjo, Soeharto belajar mengaji di langgar (musala kecil) dekat rumah. Suasana rumah pamannya yang religius juga menjadi bekal kehidupan rohani Soeharto.
Soeharto juga dekat dengan ilmu kebatinan. Tapi menurutnya ilmu kebatinan berbeda dengan klenik. Ilmu kebatinan adalah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.?
"Sesuai dengan peninggalan nenek moyang kita. Ilmu kebatinan itu adalah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Mendekatkan batin kita kepada-Nya. Orang kadang-kadang salah kaprah, mengira ilmu kebatinan itu ilmu klenik," kata Soeharto.

4. Mikul dhuwur mendhem jero

Mikul dhuwur mendhem jero artinya menjunjung tinggi-tinggi, membenam dalam-dalam. Peribahasa ini mengajarkan cara anak berbakti pada orang tuanya. Seorang anak harus menjaga benar-benar nama baik orang tua, serta jasa-jasanya pada negara. Harus dijaga dan jangan sampai menodainya.
Sebaliknya jika ada kesalahan orangtua, anak tak perlu mengungkit-ungkitnya. Lebih elok jika dimaafkan. Anak juga harus memperlakukan orang tua dengan baik semasa hidup dan ketika sudah meninggal.
Soeharto pun mengajarkan prinsip Mikul dhuwur mendhem jero ini pada enam anaknya.

5. Sugih tanpa bandha

Pepatah ini lengkapnya berbunyi Sugih tanpa bandha, nglurug tanpa bala, digdaya tanpa aji dan menang tanpa ngasorake. Artinya kaya tanpa kekayaan, menyerbu tanpa bala tentara, kuat perkasa tapi ajian, menang tanpa ada yang merasa dikalahkan.
Sugih tanpa bandha juga berarti segala perbuatan manusia didasarkan atas keikhlasan batin tanpa pamrih. Nglurug tanpa bala bisa diartikan merasa diri berharga bukan karena ditakuti, disegani melainkan karena kemampuan untuk setia pada apa yang kita yakini.
Digdaya tanpa aji, menang tanpa ngasorake berarti seseorang menjadi perkasa, menjadi pemenang, menjadi raja bukan karena punya kesaktian atau kekuatan tempur luar biasa. Tetapi memiliki kemampuan untuk memelihara ketentraman dan kedamaian hidup.

Senin, 28 Oktober 2013

TAWASUL



Urutan Tawasul Kirim Do'a Qodiriyah

-------------( URUTAN KIRIM DO’A )--------------

1.    Ila hadorotin nabiyi shollallohu ‘alaihi wasallam, wa ‘ala alihi wa ashhabihi. Alfatihah......................
2.    Tsuma ila arwahi abaihi waajdadihi wa ihkwanihi minal ambiyai wal mursalin wa ilal malaikatil muqorrobin wal karubiyin wa syuhadai was sholihin wa alikulli wa ashhabi kulli wa ila arwahi abina adama wa umina hawa wa ma tanasala bainahuma ila yaumidin. Syaiul lillahi lahumul fatihah.........................
3.    Tsuma ila arwahi sadatina wa maulana wa aimmatina Abi Bakrin wa ‘Umar wa ‘Usman wa ‘Ali wa ila arwahi baqiyyatis shohabati wal qorobati wa ila arwahi sayidina Fatimatuz Zahro wal Hasan wal Husain wal Khodijatal bukro wa ‘Aisyah ummil mu’minin rodiyallohu’anhum wat tabi’in wat tabi’it tabi’ihim lahum biihsani ila yaumiddin. Syaiullilahi lahumul fatihah........................
4.    Tsuma ila arwahil arba’atil a’immatil mujtahidin wa muqollidihim fiddini wa ila arwahil ‘ulama’ir rosyidina wal quroil mukhlashina wa a’immatil muhaditsina wal mufassirina wa sairi sadatinas shufiyatil muhaqqiqina wa ila arwahi kulli waliyin wa waliyyatin wa muslimin wa muslimatin mim masyariqil ardhi ila maghoribiha wa miyyaminiha ila syimaliha. Syaiullillahi lahumul fatihah..........................
5.    Tsuma ila arwahi jami’i masyayikhi ahlis silsilatil qodirriyati wa naqsabandiyati wa sathoriyati. Tsuma ila arwahi ahli thuruqi khushuson sayyidina wa maulana sulthonil auliyai syeh ‘Abdul Qodir jailani qodasalloh wa sayyidina Abi QosimJunaidil baqdadi wa sayyidis Sirris Saqothi wa syyidi Ma’ruful Karkhi wa sayyidi habibil ‘ajami wa sayyidil Bashri wa sayyidi Ja’far Shodiq wa sayyidi Abi Yazid al Busthomi wa sayyidi Yusuful Hamdani wa sayyidi Muhamad Bahaudin an naqsabandi wa hadorotil imamir robani wa ushulihim wa furu’ihim wa ahli silsilatihim wal akhidina ‘anhum. Syaiullillahi lahumul fatihah........................
6.    Tsuma ila arwahi walidaina wa walidaikum wa masyayikhina wa masyayikhikum wa amwatina wa amwatikum wa man ahsana ilaina alimal lahu haqun ‘alaina wa liman aushona waqolladana ‘angkum bidu’ail khoiri. Syaiullillahi lahumul fatihah..........................
7.    Tsuma ila arwahi jami’il mu’minina wal mu’minati wal muslimina wal muslimatil ahyai minhum wal anwat mim masyariqil ardhi ila maghoribiha wa miy yaminiha ila syimaliha wa ming qofin ila qofim mil ladun adama ila yaumil wiyamah. Syaiullillahi lahumul fatihah........................